Europe On Screen (EOS) tahun ini kembali lagi dan saya kembali memilih IFI (Institut Francais Indonesia) sebagai venue untuk menikmati film ini bersama
sepupu saya (seperti tahun lalu). Film yang kami (terpaksa) pilih ini adalah The Unknown Girl. Karena memang jam dan
harinya bersahabat adalah alasan kami memilih film ini.
Film
asal Belgia ini bercerita tentang dr. Jenny Davin, seorang dokter muda yang
melakukan pencarian identitas seorang gadis remaja yang ditemukan tewas di
dekat tempat prakteknya. Penelusuran dr. Jenny ini juga didasari perasaan
bersalahnya kepada sang gadis. Karena pada malam sebelum ditemukan tewas, gadis
ini muncul dalam cctv tempat praktek dr.
Jenny dan menekan bel. Pada saat yang sama, dr. Jenny meminta Julien (anak magangnya)
untuk tidak membukakan pintu. Karena menurut dr. Jenny, hal itu bukanlah
darurat, kecuali si pemencet bel melakukannya hingga dua kali.
dr. Jenny bersama Julien (anak magang) saat bel intercom berbunyi |
Gadis
berkulit hitam yang ditemukan tewas tidak memiliki identitas, sehingga dr.
Jenny semakin sangat bersalah jika gadis tersebut harus dikubur tanpa nama. Dengan
usahanya sendiri, dr. Jenny mulai melakukan pencarian melalui pasien-pasiennya.
Dia menunjukkan foto si gadis yang diambil dari rekaman cctv miliknya atas izin Kantor Detektif setempat.
Pencariannya
mulai menemukan titik terang ketika salah seorang pasiennya, lelaki remaja
bernama Bryan menunjukkan reaksi yang aneh ketika melihat foto tersebut. Meski
awalnya Bryan mengelak, tetapi dr. Jenny dapat menemukan kejanggalan melalui
denyut nadi dan pupil mata Bryan saat diperiksa. Tetapi, karena dasarnya remaja
yang sedang labil, maka Bryan tetap terus mengelak dan dr. Jenny tak memaksanya
untuk mengaku, hanya mengizinkan Bryan untuk datang ke tempatnya praktek jika
sudah siap untuk menceritakan.
dr. Jenny mengetahui kalau Bryan mengetahui sesuatu tentang gadis itu melalui perubahan pupilnya |
Kesabaran
dr. Jenny membuahkan hasil, Bryan datang diantar dengan gurunya dengan keluhan
masalah pencernaan. Tetapi dr. Jenny tahu kalau sesungguhnya Bryan datang lebih
dari itu. Bryan mengaku melihat gadis berkulit hitam itu di dalam sebuah mobil
van bersama lelaki tua. Saat itu dia sedang bersama temannya dan hanya berani
mengintip dari kejauhan, dr. Jenny berjanji untuk tidak menceritakan apa yang
dijelaskan Bryan kepada siapapun, termasuk orang tua Bryan.
dr. Jenny dengan sabar memeriksa Bryan |
Berdasarkan
pengakuan Bryan, dr. Jenny menghubungi si pemilik van yang dimaksud dengan
dalih ingin membeli van tersebut. Tetapi, pada akhirnya dr. Jenny mengutarakan
maksud sesungguhnya adalah pencarian identitas gadis kulit hitam yang tewas
itu, karena ia mendapatkan informasi kalau gadis itu pernah terlihat berada di
dalam van bersama lelaki tua. Si pemilik van berubah berang mendengar maksud
sebenarnya dr. Jenny. Dia langsung mengusir dr. Jenny dari van.
Sebenarnya
pemiliki van yang ditemui dr. Jenny adalah anak dari mantan pasien dr. Jenny
yang telah meninggal. Jadi tidak sulit baginya untuk mengorek informasi lebih
jauh lagi. dr. Jenny menuju rumah sakit tempat si ayah dari anak tersebut
dirawat. Lelaki tua yang awalnya menolak untuk memberikan penjelasan akhirnya
menjelaskan kepada dr. Jenny bahwa dia dan anaknya tidak mengenal gadis dalam
rekaman cctv itu. Anaknya (pemilik
van) langsung berubah berang karena mereka memiliki bisnis prostitusi yang berlokasi
di dalam van tersebut. Si anak khawatir jika mereka terseret, maka polisi dapat
mengetahui bisnis prostitusi tersebut. Sayangya, si anak tiba-tiba datang dan
kembali berang menemukan dr. Jenny bersama ayahnya. Tanpa pikir panjang, si
anak tidak ragu-ragu untuk menghajar dr. Jenny, meski dr. Jenny dapat
menangkisnya.
Seriously di part ini, saya menemukan
bahwa orang luar bisa sangat kasar kepada siapapun yang dia tidak suka, tanpa pandang
bulu apakah dia wanita atau lelaki. Tetapi, karakter dr. Jenny yang sangat
tangguh dan pemberani, which is masih
tenang dan selalu waspada di part ini
membuat saya sangat salut.
Beruntungnya
dr. Jenny sempat diberitahu oleh ayah pemilik van itu jika wanita-wanita berkulit
hitam itu biasanya banyak ditemui di cybercafé. Akhirnya dr. Jenny bergegas
menuju cybercafé yang dimaksud. Anyway
cyber café ini bisa dibilang semacam wartel (warung telepon). dr. Jenny disambut
oleh kasir penjaga yang merupakan wanita berkulit hitam. dr. Jenny beralasan
ingin menelpon ke Belgium. Dan Dr. Jenny memang menelpon Julien (anak
magangnya) yang ngambek usai berseteru dengannya dan melarikan diri ke kampung halamannya.
Usai
menghubungi Julien, Dr. Jenny sempat menunjukkan foto si gadis tanpa identitas
itu kepada si kasir. Tetapi kasir itu tidak mengenalnya. dr. Jenny belum
menyerah, dia meminta izin untuk memperlihatkan kepada 2 tamu lelaki yang
sedang menonton tv di cybercafé itu. Tetapi 2 lelaki itu juga mengaku tidak
mengenalnya.
Keesokkan
harinya, dalam perjalanan pulang setelah dari rumah pasiennya, dr. Jenny
dihadang 2 pria kulit hitam yang salah satunya adalah yang ia temui di cybercafé.
Mobil dr. Jenny diminta menepi dan kacanya hampir saja di pecahkan. Pria itu
meminta dr. Jenny untuk tidak mencari tahu lagi identitas si gadis atau dia
akan celaka, karena identitasnya sudah diketahui. Part ini cukup bikin sport
jantung buat saya, terlebih lagi saat dr. Jenny beresi keras tidak mau
menurunkan kaca mobilnya tetapi diancam dengan hantaman linggis di kap
mobilnya.
dr. Jenny yang diserang pria Cybercafe |
Kejadiannya
berlangsung siang hari di tempat yang cukup sepi. Setelah dua lelaki itu pergi
dengan mobilnya, dr. Jenny justru menemukan Bryan lewat menggunakan motor
bersama temannya. Tanpa pikir panjang, dr. Jenny langsung menyusulnya dan
menemukan motor yang digunakan terparkir di sekitar gudang. Mengetahui dr.
Jenny memanggil manggil namanya, Bryan keluar dengan ekspresi tidak senang. Tanpa
pikir panjang dia mendorong dr. Jenny ke dalam sebuah lubang yang besar dan
dalam.
dr. Jenny saat menemukan Bryan di gudnag kosong |
Di part ini, saya hampir tertipu oleh
adegan Bryan mengambil sebuah kawat besi besar yang meneyerupai pagar penutup.
Bryan ternyata menggunakan itu untuk membantu dr. Jenny naik ke permukaan. Saya
pikir awalnya Bryan akan menutup lubang itu.
Atas kejadian
itu, keluarga Bryan mendatangi dr. Jenny pada malam harinya dan memutuskan
untuk mengganti dokter karena merasa dr.Jenny sudah sangat tidak professional dengan
masih mengganggu Bryan demi kepentingannya semata. dr, Jenny menerima keputusan
tersebut dengan bijak dan akan mengirmkan medical
record nya kepada dokter baru yang mereka tunjuk.
Namun
tengah malam setelah kepergian keluarga Bryan dari tempat prakteknya, dr. Jenny
mendapatkan telpon dari ayah Bryan yang tiba-tiba terkena serangan entah apa
namanya. Yang pasti, dr.Jenny mulai mencium bahwa ayah Bryan ini mengetahui
sesuatu. Sama halnya dengan anaknya, si ayah juga tidak mau mengaku. Meski,
kemudian dia datang menemui dr.Jenny di malam berikutnya dan menjelaskan cerita
lengkapnya.
Ayah
Bryan mencoba ‘menawar’ gadis itu, tetapi si gadis tidak cocok dengan harganya.
Ayah Bryan terus berusaha mengejar hingga berujung pada si gadis jatuh ke
lubang sebuah pengerjaan proyek dan tertimpa beton. Mengetahui hal itu,
dr.Jenny tidak lansgung menelpon polisi. Dia ingin ayah Bryan yang melakukannya
sendiri. Dan pada akhirnya ayah Bryan menelpon polisi.
dr. Jenny saat meminta ayah Bryan untuk melaporkan dirinya ke polisi |
Sebelum
pengakuan tersebut, dr. Jenny telah mendapat kabar dari kantor detektif bahwa
identitas si gadis sudah ditemukan. Namanya adalah Selena Ndong. Tetapi
ternyata hal itu tidak benar. Nama asli gadis berkulit hitam yang tewas itu
adalah Felicia. Hal itu diungkapkan oleh si kakak kepada dr.Jenny beberapa hari
setelah ayah Bryan mengakui perbuatannya. Fyi,
si kakak ini adalah kasir wanita di cybercafé. Pacar si kakak (yang juga
merupakan penyerang dr.Jenny di jalan) yang memberikan identitas palsu kepada
detektif karena tidak ingin dirinya diseret ke polisi karena identitasnya
sebagain imigran gelap.
Perjalanan
film berdurasi 113 menit ini cukup menarik dan tidak membosankan. Penonton diajak
sangat menikmati. Meski beberapa perpindahan dari scene satu ke yang lainya terasa sangat kasar bagi saya. Tetapi Dardenne bersaudara ini mampu
menguatkan karakter dr.Jenny yang sangat humanis melalui banyak scene antara si dokter dengan
pasien-pasiennya. Hal ini terlihat bagaimana dr. Jenny yang mengantarkan si
pasien sampai depan pintu praktek, baru kemudian memanggil pasien selanjutnya.
Atau juga
bagaimana dr. Jenny mendatangi pasien-pasiennya satu per satu atas panggilan
telepon karena darurat. Pasiennya juga sangat menyayangi dr. Jenny dengan
membawakan makanan pada kunjungannya. Tetapi, sosok humanis dr. Jenny yang rela
menghadapi bahaya hanya untuk mengetahui identitas si gadis tidak dikenal
membuat saya merasa sosok dr.Jenny adalah ilusi di masa kini. Mungkinkah kita
masih benar-benar menemukan sosok dr. Jenny di zaman yang penuh dengan berbagai
kepentingan di setiap kandungan pemikiran setiap orang? Rasanya sulit.
Salah satu scene kehangatan antara dr.Jenny dengan salah satu pasiennya |
Film bergenre discovery
ini sangat recommended untuk kamu
tonton pada pagelaran Europe On Screen 2017. Karena selain merupakan nominator
untuk Palme d’Or at the Cannes Film Festival 2016 dan nominator untuk Best Foreign
Film at the Cesar Awards 2017, film ini adalah winner of Best Non-US Release at
the Online Film Critics Society Awards 2017.
Happy
Watching, readers.
0 comments:
Post a Comment