Postingan
kali ini bukan yang fresh from the oven
sih tapi saya mencoba menggali ingatan dan (akhirnya) menyempatkan untuk sharing fun first experience saya di
pertengahan Februari lalu. Its about my
first experience for Rafting and Tracking in Bumi Bhatara Adventure Camp. Anyway, ini bagian dari outing FALGA (FINANCE, Accounting, Legal
and General Affair) di kantor saya yang sebelumnya (e-commerce fashion).
Perjalanan
kami dimulai di Jumat, 19 Februari 2016 setelah ‘tutup toko’ tentunya a.k.a
malam hari. Perjalanan dan tumpukan lelah bekerja selama seminggu mengantarkan
kami tidur pulas sesampainya di venue.
Kebetulan kami tiba sekitar jam 2 pagi saat gelap masih menyelimuti.
Paginya,
saat matahari mulai menampakkan diri perlahan, kami baru menyadari kesejukan
dan dekatnya alam di sekitar kami. Terlebih lagi suara arus sungai yang terus
terdengar, kini terlihat di depan mata dan menarik kami untuk segera melakukan rafting.
Jembatan Gantung di atas Sungai |
Setelah
perut kami terisi penuh (re: sarapan), kami melakukan persiapan untuk rafting. Game singkat yang tujuannya
untuk mengetahui seberapa siap kita melakukan rafting ini menguji konsentarsi dan fokus kita. Hal ini penting,
karena saat melakukan rafting nanti,
kita akan bertemu dengan derasnya ombak dan rintangan lain. Nah, untuk
melaluinya akan ada aba-aba dari instruktur yang membutuhkan konsentrasi dan
fokus untuk menjalankannya.
Game singkat penguji konsentrasi |
Sebelum
kode-kode arahan itu diberikan, kami dibagi beberapa tim terlebih dahulu. Satu
kelompok terdiri dari 5 orang dan 1 orang pemandu. Pembagian kelompok dalam
perahu ini juga perlu diperhatikan antara cewek dan cowok serta postur tubuh.
Tujuannya supaya bisa saling mengimbangi saat mendayung nanti. Setelah
pertukaran personil yang diarahkan oleh si pemandu, maka tim saya pun terbentuk.
Bersama Aji, Liyas, Icha dan Mbak Wen serta 1 orang pemandu..kami siap mengarungi
sungai dengan perahu karet berwarna kuning.
Our Team |
Kode
arahan yang perlu kita perhatikan diantaranya adalah “kiri maju, kanan mundur”,
“kiri mundur, kanan maju”, “maju bareng”, “mundur bareng”, “pindah kiri”,
“pindah kanan” dan “boom.” “Kiri maju, kanan mundur” berarti yang
menduduki posisi kiri di perahu harus mendayung maju. Dan yang berada di sisi
kanan perahu harus mendayung mundur. Sementara “pindah kanan” berarti mereka yang duduk di posisi kanan perahu
harus pindah ke posisi kiri dan yang sudah berada di posisi kiri tidak perlu
berpindah. Begitu juga sebaliknya dengan instruksi “pindah kiri”.
Untuk maju dan mundur, kita harus mengingat
benar posisi kita saat berada di perahu karet, apakah berada di kanan atau
kiri. Sehingga bisa menjalankan instruksinya dengan baik dan benar. Di sinilah
mengapa kita perlu diajak warming up
untuk fokus dan konsentrasi sebelum rafting.
Karena, pada saat bermain, tidak jarang kami perlu sekian detik untuk mencerna
dan mengingat kembali berada di posisi kanan atau kiri kah kami. Sementara “boom” digunakan jika terdapat ranting
pohon yang menjulur yang akan kita lewati. Hal yang harus kita lakukan adalah
menunduk supaya tidak terkena ranting tersebut.
Selain
kode-kode arahan tersebut, kita juga diajari cara memegang dayung dan mendayung
yang benar. Untuk soal ini, mungkin saya kurang mahir dalam mempraktikkannya. Hehe.
Perjalanan rafting menempuh jarak sekitar 10km ini menghabiskan waktu hampir 4 jam. Kami mengakhirinya pukul 13.00 dan kembali ke Bumi Bhatara Adventure Camp menggunakan mobil pick up. Ya begitulah adanya. Tapi cuaca yang sejuk membuat kita kedinginan sepanjang perjalanan 15 menit-an itu.
Transit makan gorengan |
Menjelang
sore, kami menjalani team building
yang nggak kalah fun. Gamesnya cukup
variatif dan menyenangkan.
Salah satu games dalam Team Building |
And then…keesokkan paginya, lebih
tepatnya pagi buta jam 3 pagi kami berangkat menuju Gunung Papandayan. Untuk
dapat menuju ke starting poin ke
pendakian, kami membutuhkan waktu sekitar 1 jam menggunakan mobil pick up.
Penampakan naik mobil pick up (taken after tracking) |
Tujuan
kami untuk hunting sunrise nyatanya
tak mampu kami dapatkan dari spot
yang baik. Sebagian besar dari kami adalah pendaki pemula sehingga tidak dapat
mencapai spot yang pas untuk melihat sunrise di waktu yang tepat. Belum lagi
perjalanan menuju ke puncak ditemani dengan aroma belerang yang cukup
menyesakkan. Kami menguatkan satu sama lain dan berjalan beriringan pada
awalnya. Karena saat menjelang sampai puncak, jalanan hanya berbentuk setapak
yang membuat kita terpaksa berjalan sendiri-sendiri.
Saat Sunrise masih malu malu menampakkan diri |
Setiap
diri kami masing-masing tentunya melakukan persiapan. Yang utama soal pakaian.
Ada yang menggunakan lima lapis, ada juga yang sok-soakan hanya menggunakan
celana boxer dan jaket jeans. Yup, that
was one of my silly friends, Aji. Salut juga sih dia bisa melewatinya
sampai akhir dengan kostum 100% pendaki
pemula. Haha
Tetapi
akhirnya kami berhasil sampai di tempat—yang cukup tinggi untuk mengambil
gambar. Duduk melihat sunrise dan udara yang sangat sejuk.
with Mbak Nurul dan background bau belerang |
First experience yang saya rasakan ini
sungguh fun. Sebelumnya tidak pernah
sekalipun bermimpi untuk ikut-ikutan naik gunung. No, honestly I haven’t. Tapi saat ada kesempatan, naik gunung nggak
terlalu buruk sih. But maybe, I still
prefer beach with blue colour around me than mountain. Tapi nggak menutup
kemungkinan juga untuk suatu saat bisa naik gunung lagi yang lebih seru dan
orang-orang tersayang.
Terima
kasih untuk teman-teman FALGA untuk semua support yang melahirkan my first fun experience ini.
Terima kasih juga untuk readers yang sudah membaca sampai selesai. Semoga pelajaran rafting—seinget saya—dapat bermanfaat.
Bareng Widya yang 'nyekokin' lagu-lagunya Monita, ceritanya di sini |