Semuanya
berawal dari Provoke edisi Maret 2016 yang membuat saya pada akhirnya
menambahkan Banda Neira dalam list
grup indie favorit. Grup vokal indie yang digawangi Rara Sekar dan Ananda Badudu
ini masuk di salah satu rubrik Provoke yang membahas tentang album baru mereka,
yaitu Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang
Berganti. Atas kekepoan saya
ditambah saat itu sedang keranjingan menggunakan aplikasi music streaming, khususnya Joox
dan Deezer, maka penemuan lagu-lagu
Banda Neira terasa mudah (kok jadi mirip promo gini sih -___-)
Well, intinya sih melalui aplikasi music streaming itu saya bisa
mendengarkan lagu-lagu di album Banda Neira dan menjadikannya lagu pengantar
tidur. Yang pada akhirnya tentu saja berefek jadi jatuh cinta dengan lagu-lagu
mereka. You guys for fans of Dandelion,
Adhitia Sofyan have to listen Banda Neira. Tapi sebelumnya, saya review dulu ya beberapa lagu dari dua
album mereka supaya kalian lebih yakin. Dan karena memang udah niat banget ke diri sendiri untuk ngereview album mereka dari sekitaran
Maret-April lalu, tapi apa daya saya baru bisa menebus dosanya di masa-masa
ini. Maapkeun hehe
Banda
Neira. Cantik banget nggak sih
namanya. Apalagi lagu-lagunya. Genre
yang diangkat lebih ke akustik dan musiknya sungguh menenangkan. Dari 2 album
yang sudah saya dengarkan, yaitu Berjalan
Lebih Jauh dan Yang Patah Tumbuh,
Yang Hilang Berganti rasanya sulit memilih lagu mana yang nggak asyik.
Semuanya sangat ciamik, karena kekuatan lirik dan juga tema-tema yang tidak
pasaran (mungkin karena indie).
Lagu
favorit saya adalah Di Beranda yang
ada dalam album Berjalan Lebih Jauh. Lagu ini bercerita tentang sepasang orang
tua yang memiliki kepercayaan begitu besar kepada anaknya diiringi dengan
kebebasan yang mereka berikan. Lagu ini juga sangat romantis untuk orang tua
yang tak lagi muda untuk saling menguatkan dan tetap punya visi yang sama
sampai akhir. Berikut petikan liriknya
Oh
Ibu, tenang sudah. Lekas seka air matamu
Sembabmu
malu dilihat tetangga
Oh
Ayah, mengertilah rindu ini tak terbelenggu
Laraku
setiap teringat peluhnya
Kini
kamarnya teratur rapi
Ribut
suaranya tak ada lagi
Tak
usah kau cari dia tiap pagi
Dan jika suatu saat, buah hatiku buah hatimu
Untuk sementara waktu pergi
Usahlah kau pertanyakan kemana kakiknya kan
melangkah
Kita berdua tau, dia pasti pulang ke rumah
Pulang
ke rumah
Setiap
mendengarkan lagu ini, personally
rasanya seperti diberikan sayap untuk terbang dengan tenang tanpa terganggu
pertanyaan “Mau kemana?” “Pulang jam berapa?” Karena bagaimanapun
juga saya—yang diberi sayap ini—nantinya akan kembali pulang.
Di
sisi lain, lagu ini mengajak kita berimajinasi kalau kelak saat kita menjadi
orang tua, akan ada masa ketika kita akan ditinggalkan oleh anak kita.
Terbayang di usia kita yang sudah tak lagi muda, juga anak kita yang telah
beranjak dewasa membutuhkan waktu dengan dunianya. Duh tiba tiba sedih, yaudah
lanjut ke lagu selanjutnya aja. Hiks
The next song adalah Sampai Jadi Debu dari album Yang Patah
Tumbuh, Yang Hilang Berganti. Ini lagu romantis yang cocok didengarkan ketika kamu
dan pasanganmu telah berambut putih dan saling bergandengan tangan di atas
bukit sambil menyambut sunrise. Well, mungkin ini suasana yang saya
inginkan ketika mendengarkan lagu ini. Kenapa ? Karena kamu perlu tahu petikan
liriknya yang ‘dalam’ tapi nggak menggombal, makanya harus ditujukan untuk
orang yang seharusnya.
Badai
puan telah berlalu
Salahkah
ku menuntut mesra
Tiap
pagi menjelang kau di sampingku, ku aman ada bersamamu
Selamanya
Sampai kita tua, sampai jadi debu
Ku di liang yang satu, ku di sebelahmu
Badai
puan telah berlalu
Salahkah
ku menuntut mesra
Tiap taufan menyerang, kau di sampingku
Kau aman ada bersamaku
Selamanya
Sampai kita tua, sampai jadi debu
Ku di liang yang satu, ku di sebelahmu
Seperti
yang sudah saya singgung sebelumnya soal lirik yang kuat dan tema yang tidak
pasaran, maka Banda Neira juga memiliki lagu lain yang masih jadi favorit saya,
yaitu Pangeran Kecil. Lagu ini personally
adalah my lullaby song karena
liriknya pas banget.
Tidur, tidurlah sayang
Esok
kan segera datang
Tutup buku kesayanganmu itu
Esok atau lusa, kita buka kembali
Tidur, tidurlah sayang
Malam
terlalu larut untukmu
Simpan buku kesukaanmu itu
Tarik selimutmu, coba pejamkan mata
Beri
tanda pada gambar yang kau suka
Rubah
dalam gua atau mawar dalam kaca
Ada
juga lagu Sebagai Kawan yang isinya
pesan mengingatkan, bukan menggurui. Makanya rasanya tenang sekali
mendengarkannya.
Jangan berdiri di depanku, karna ku bukan
pengikut yang baik
Jangan berdiri di b’lakangku, karna ku bukan
pemimpin yang baik
Berdirilah di sampingku sebagai kawan, kawan, kawan, kawan, kawan
Sebagai kawan
Meski
Banda Neira mengusung genre akustik dan kebanyakan lagunya cocok jadi pengantar
tidur nyenyakmu, ada beberapa lagu yang juga asyik didengarkan sambil bersepeda
atau memulai aktivitas di pagi hari. Coba saja dengarkan Berjalan Lebih Jauh
atau Senja Di Jakarta.
Bangun… Sebab pagi terlalu
berharga tuk kita lewati dengan tertidur
Bangun… Sebab hari terlalu
berharga tuk kita lalui dengan bersungut sungut
Bangun..sebab tidur teramat berharga dan kita jalani, jangan menyerah
Berjalan lebih jauh, Menyelam
lebih dalam
Jelajah semua warna. Bersama…bersama
Review lagunya cukup sampai di sini,
karena kamu pasti lebih harus mendengarkannya langsung, readers. Kalau ditanya, album mana yang lebih favorit dari dua
album itu, maka akan sulit bagi saya untuk menjawabnya. Karena di masing-masing
albumnya, Banda Neira menghadirkan lagu yang membuat saya jatuh cinta. Meski
tidak bisa dipungkiri, ada kematangan vokal Rara yang lebih dewasa dan elegan
dalam album Yang Patah Hilang, Yang
Tumbuh Berganti. Lirik-lirknya juga lebih kuat di album yang kedua.
Yang
pasti lagu lagu Banda Neira adalah lagu-lagu yang saya ingin dengarkan bersama
kawan, seseorang di masa depan nanti atau anak-anak, karena lagunya yang
universal.
Dan
untuk readers yang setelah ini jadi ngefans sama Banda Neira, kita doakan
saja semoga Banda Neira segera selesai dari kevakumannya dan menggelar intimate concert. Aamiin
Terima
kasih sudah membaca.