Wadjda
hanya seorang gadis kecil tomboi yang ingin naik sepeda dan mengalahkan
Abdullah, temannya. Tetapi karena di negerinya, sepeda hanya diperbolehkan
untuk anak lelaki. Maka, dia harus berjuang keras untuk dapat meraih mimpinya
itu. Terlebih lagi, ibu Wadjda tidak ingin membelikan sepeda untuk anak perempuan
satu-satunya itu.
Wadjda yang menginginkan sepeda |
Wadjda
tidak pantang menyerah. Banyak cara dan usaha yang dia lakukan untuk dapat
membeli sepeda impiannya—yang terpajang di toko ujung jalan. Mulai dari membuat
gelang dan menjualnya, menyampaikan surat cinta kakak kelas agar mendapat upah,
hingga membuat kompilasi lagu-lagu untuk penjaga toko sepeda (supaya sepedanya
tidak dijual ke orang lain).
Wadjda yang sedang membuat gelang untuk dijual |
Sepeda
yang dinginkan Wadjda harganya 800 riyal. Sementara tabungannya hanya 87 riyal.
Ibunya tentu saja tidak mau menambal kekurangan untuk membeli sepeda itu.
Alasannya tentu sama seperti orang Arab lainnya, mereka khawatir jika anak
perempuan bermain sepeda dan terjatuh maka akan merusak vagina mereka. Sehingga
mereka tidak perawan lagi.
Perjuangan
Wadjda harus lebih keras lagi ketika barang jualannya—gelang buatan tangannya
yang dijual ke klub sepakbola—disita oleh Nona Hussa, Kepala Sekolah Wadjda
karena dianggap haram dan tidak diperbolehkan.
Akhirnya
harapan Wadja hanya satu, yaitu masuk klub agama dan mengikuti kompetisi
menghafal surah Al-Quran yang berhadiah 1000 riyal. Wadjda, si anak tomboy yang
masih terbata membaca Al Quran sesuai tajwid dan tartil belajar dengan tekun
untuk dapat menjadi juara pertama. Dia menggunakan uang tabungannya untuk
membeli Al Quran dan tutorial di dalamnya sebagai bahan belajar dan berlatih.
Wadjda bersama teman-temannya di Klub Agama |
Wadjda
harus bersaing dengan Salma yang tartilnya sangat bagus dan Nourma yang jagoan
di bagian tajwid. Tetapi, berkat ketekunan dan kegigihannya, Wadjda berhasil
membawa pulang gelar juara. Sayangnya hadiah 1000 Riyal itu tidak ikut ia bawa
pulang. Begitu Nona Hussa mengetahui rencana Wadjda dengan uang 1000 Riyal itu,
maka dia memutuskan untuk menyumbangkan uang 1000 Riyal itu untuk Palestina. Di
part ini mungkin readers akan merasakan pergulatan batin yang menyayangkan, namun
tidak bisa menyalahkan.
Wadjda yang sedang menjalani kompetisi menghafal Al Quran |
Nona Hussa |
Abdullah,
calon rival balapan sekaligus temannya yang mengetahui hal tersebut menawarkan
untuk memberikan sepedanya kepada Wadjda. Tetapi Wadjda hanya menjawab “Jika
kamu memberikan sepedamu, bagaimana kita bisa balapan?”
Abdullah setelah mendengar jawaban dari Wadjda |
Meski
tomboy, Wadjda tidak bisa menyembunyikan air matanya di depan ayahnya. Sayang,
ayahnya yang hanya memiliki waktu terbatas dengannya tak mampu mendengarkan
keluhan dan ceritanya. Ayah Wadjda tidak selalu berada di rumah, dia hanya
datang beberapa minggu sekali. Tidak dijelaskan bagaimana status ayah dan ibu
Wadjda sesungguhnya. Kalau yang saya tangkap, hubungan mereka tidak direstui
oleh keluarga ayah Wadjda yang keturunan dari kerajaan. Sehingga keluarga
ayahnya masih mencari istri potensial untuknya. Terlebih lagi ibu Wadjda tidak
mampu memberikan keturunan lagi.
Lalu,
bagaimana dengan impian Wadjda ? Mampukah ia balapan sepeda dengan Abdullah ?
Jawabannya bisa kamu temukan denagn menonton film ini.
Btw
kalau readers bertanya-tanya mengapa
Wadjda ingin sekali balapan sepeda dan mengalahkan Abdullah ? Jawabannya karena
pada suatu hari Abdullah pernah menarik kerudung Wadjda dan dia tak mampu
merebutnya lantaran Abdullah membawanya sambil menaiki sepeda. Sebenarnya ini
hanya tingkah iseng anak lelaki yang sangat umum, meski begitu Abdullah sangat
sayang pada Wadjda.
Salah
satu scene favorit saya adalah ketika
Wadjda menangis lantaran tersinggung saat sepeda Abdullah diberikan roda
tambahan untuk Wadjda belajar sepeda. Untuk menghentikan tangisannya, Abdullah
menawari uang 5 Riyal kepada Wadjda.
Scene lain yang menunjukkan kalau
Abdullah ini sayang sama Wadjda adalah ketika dia menemani Wadjda ke Derah
(nama daerah). Wadjda menemui Iqbal (supir ibunya) yang tiba-tiba memutuskan
berhenti mengantar jemput ibunya ke tempat kerja. Padahal tempat ibu Wadjda
bekerja membutuhkan waktu 3 jam perjalanan dengan mobil. Oleh karena itu,
Wadjda mencoba membujuk Iqbal untuk kembali.
Abdullah dan Wadjda perjalanan pulang dari Derah |
Film besutan
Sony Pictures tahun 2012 ini meraih penghargaan Winner Cinema For Peace Award Interfilm Award Venice Film Festival
dan Winner Audience Award Best Picture
Los Angeles Film Festival. Film ini ringan namun sarat dengan banyak pesan
moral dan pelajaran budaya Negara Arab. Karakter anak-anak yang sangat polos
dan jujur ini semakin membuat film ini nampak natural.
So guys, happy watching.
Wadjda dan Abdullah yang balapan sepeda |